New Website www.trend-traders.com

Website baru dengan
bisa dibuka di:
http://trend-traders.com/

The Trend Trader

The Trend Trader

Sabtu, 18 Oktober 2008

Apakah buy back saham BUMN akan bisa membantu?

Beberapa BUMN yang memiliki fundamental perusahaan yang bagus dikabarkan akan melakukan buy back terhadap saham masing-masing.

Yang jadi pertanyaan
1.  Apakah langkah ini efektif untuk mempertahankan nilai saham itu dari kejatuhan ?
2. Seberapa jauhkah buy back tersebut bisa menahan saham-saham tersebut dari kejatuhan?
3. Berapa % saham itu akan bisa naik setelah di buy back?
4. Yang paling ekstrim adalah apakah buy back tersebut bisa mengembalikan harga saham-saham tersebut sama dengan di awal tahun 2008 ini?

Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab ditengah krisis ini. 

Tapi jika mau jujur, paling tidak kita harus mencoba melongok dulu kondisi sektor riil di negara kita yang semakin terdesak.

Pemerintah terjebak diantara berbagai keputusan strategis yang ujung-ujungnya menempatkan pemerintah dalam kondisi serba salah. Inflasi yang terus meningkat lama-kelamaan bisa menjadi racun yang menurunkan daya beli masyarakat. Ujung-ujungnya dengan dalih meningkatkan likuiditas IDR akhirnya BI mengeluarkan keputusan yang cukup kontroversial yaitu menaikkan suku bunga. Rencana buy back saham juga merupakan salah satu skenario pemerintah untuk meningkatkan likuiditas bursa.

Dalam pikiran saya sebagai orang awam likuiditas akan terbentuk sendiri sesuai dengan mekanisme market. Alasan pemerintah untuk meningkatkan likuiditas di Bursa dengan melakukan buy back akan jadi bumerang, bagi BUMN yang bersangkutan.

Nah loh......koq bisa jadi bumerang. Logika saya berpikir sederhana karena teringat ama omongannya George Soros bahwa peningkatan likuiditas dan masuknya dana segar ke market adalah surga untuk para spekulan-spekulan. Ibarat semut yang dikasih gula pasti pada langsung rebutan.

Serba salah juga sih, ujung-ujungnya depan kena...belakang kena. Dan harus ada yang jadi korban. Fokus pemerintah saat ini adalah menolong kejatuhan pasar finansial seperti perbankan dan bursa, tapi diluar ada hal yang lebih mengkhawatirkan lagi sektor riil sekarang sudah mulai deg-degan diawali dengan naiknya nilai USD/IDR, jatuhnya harga komoditi (bikin eksport jadi loyo), Naiknya BI Rate, yang terakhir yang paling bikin cemas, pajak mo dinaikin lagi. 

Tadi sore dengerin pembicaraan dengan JK di metro TV. Ada kesimpulan sederhana yang saya terima. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama ini tidak teroganisir dengan baik. Kenapa saya ngomong gitu:
1. JK mengatakan akan menikkan pajak kendaraan bermotor karena semakin banyaknya permintaan akan kendaraan bermotor yang artinya pemerintah harus membuat jalan-jalan lebih panjang dan perawatan ekstra untuk jalan raya. Bagi saya hal ini sudah menunjukkan kelemahan pemerintah. Harusnya APBN sudah dialokasikan untuk hal-hal itu, tidak perlu menaikkan pajak dengan alasan seperti itu. Hal itu juga menunjukkan bahwa alokasi dana APBN masih belum optimal.

2. Harga beberapa hasil komoditi kita di pasaran internasional dihargai sangat murah sekali, dibawah harga pasar sesungguhnya

3. Dibalik jatuhnya harga sawit, pemerintah cuman bisa bengong saja dengan kondisi ini. Dengan posisi Indonesia sebagai negara penghasil CPO nomor 2 terbesar harusnya sudah mulai menerapkan aspek2 hedging dalam komoditi sejak jauh-jauh hari

well, tulisan malam ini hanya tulisan ngelantur saja untuk mencurahkan suasana hati. kalo mo percaya monggo kalo gak percaya silahkan. wong ini hanya mengisi malam minggu yang sepi.




Tidak ada komentar: